Selasa, Januari 08, 2013

Dalam dunia jurnalistik, kalau saya tidak ketinggalan, setidaknya kini ada tiga macam berita; berita langsung (straight news atau hard news), berita ringan (soft news) dan berita kisah (features). Catatan kecil ini tidak berusaha membahas dua macam yang terakhir, tetapi lebih pada memahami apa itu straight news.
Perbedaan utama pada ketiga jenis berita di atas terletak pada bentuk penyajian dan gaya penulisan. Straight news biasanya digunakan pada koran harian (periode terbitannya relatif pendek), ditulis dengan gaya langsung menukik ke pokok permasalahan berita, singkat dan tuntas. Berbeda dengan features yang sifatnya lebih awet, kuat dalam unsur sastra (mirip cerpen), panjang bertutur, bernarasi (bercerita) dan mendalam. Oleh karenanya, biasanya digunakan pada media yang periode deadlinenya lebih panjang seperti tabloid dan majalah yang terbit mingguan atau bulanan.
Sedangkan Soft News merupakan berita yang topik dan materinya ringan yang ditulis dengan gaya santai. Biasanya penulisan profil, tokoh atau rubrik humor menerapkan konsep soft news ini.

Untuk menilai bahwa suatu peristiwa layak dianggap berita dapat dilihat pada beberapa faktor berikut, yakni: fatual, actual (update), dekat dengan pembaca, penting (importance), menarik dan berbobot.

Nilai lebih
Suatu peristiwa akan menarik untuk diberitakan jika mengandung nilai lebih sebagai unsur pemikat. Daya pikat suatu bahan (materi) berita umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti asas manfaat bagi pembaca, ketenaran, seksualitas, konflik besar, criminal, humor, kemanusiaan (human interest), tragedi dan hal yang luar biasa (incredible).

Inilah tekniknya
Bagaimana teknis menulis berita? Sebelum memulainya, ada saran pertama sebagai modal menulis, bahwa “tulislah apa yang ada di benak Anda. Urusan salah benar, itu belakangan.”

Secara umum, kerangaka anatomi berita langsung terbagi menjadi tiga bagian pokok, yakni judul (title), teras (lead) tubuh (body)(3). Lihat bagian piramida terbalik dibawah ini. Sedangkan konsep dasarnya adalah menulis unsur 5W + 1H, itu saja.
Syarat-syarat sebuah Berita

Berita atau warta adalah suatu kejadian baik yang sudah berlalu atau yang sedang terjadi dalam peristiwa sehari-hari. Bagi seorang wartawan untuk membuat berita yang baik dan lengkap harus memenuhi syarat 5W+1H. Rumus ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. What=Apa Apakah yang akan terjadi? Hendaklah diterangkan secara singkat dan menarik perhatian. Misalnya: Kebakaran, kecelakaan, perkelahian, pencurian, pencurian, pemboman dan lain-lain.

  2. Who=Siapa Suatu peristiwa atau kejadian, orang selalu bertanya siapa pelakunya. Karena itu hendaklah disebutkan siapa nama pelakunya, apa pekerjaan, apa kedudukannya, apakah dia kepala jawatan dan lain-lain.

  3. When=Apabila/Kapan Perlu diterangkan tanggal berapa, hari apa, bulan dan tahun berapa, dan kalau perlu jam berapa. Suatu berita yang tidak menyebutkan tanggal harinya bisa dikatakan tidak lengkap. Misalnya hanya menyebutkan "baru-baru ini" sudah tentu dianggap berita yang sudah basi dan nilainya kurang.

  4. Where=Dimana Terangkan dengan jelas dimana kejadian itu, apa nama kampungnya, apa nama kotanya, tempat yang kurang terkenal diterangkan nama kabupatennya atau daerahnya.

  5. Why=Mengapa Tentu pembaca belum puas kalau hanya diterangkan kejadian-kejadian pokok beritanya saja, kalau belum ditulis penyebabnya, mengapa seperti itu. Misalnya: Mengapa Anton menghajar Badu, tentulah ada sebabnya. Bisa diterangkan: Gara-gara kalah main sepak bola hingga terjadi perkelahian.

  6. How=Bagaimana Bagaimana kesudahannya kejadian itu. Bagaimana akhirnya, apa tindak lanjutnya. Bagaimana kesimpulannya. Ada tambahan kejadian apalagi setelah itu, dan hal-hal yang perlu diterangkan sebagai akibat berita itu.

Membuat Headline

Headline adalah kepala berita. Adapun maksudnya adalah untuk menarik mata pembaca, bahwa surat khabar itu memuat berita yang sangat penting yang harus dibaca setiap orang. Headline yang bagus harus mengandung sari berita penting.

Pada umumnya pembaca surat khabar mestilah memperhatikan sari-sari berita penting. Kadang ada surat khabar yang memakai headline 1 halaman, 3/4 halamam, dan 1/2 halaman dengan huruf besar dan tebal, guna menarik perhatian pembaca. Sering juga headline itu dipergunakan untuk tujuan sensasional dan propaganda politik sebuah negara, misalnya dalam perang peluk dulu, banyak media masa barat dengan headline-nya "Saddam tertangkap" pedahal pada waktu itu Saddam belum tertangkap.

Sebetulnya fungsi semacam itu bisa meresahkan masyarakat. Misalnya dalam pengrebekan teroris kemarin media massa kita menulis "Noordin Tewas" dan di bawahnya ditulis ada kemungkinan Noordin tewas. Headline ini sudah berfungsi sebagai propaganda politik sebuah institusi dan negara.


Tetapi perlu juga beberapa syarat lainnya seperti akurasi penulisan kutipan pernyataan, angka, nama dan identitas sesuatu, prinsip cover both sides, prinsip off the record, obyektifitas, dan jelas (tidak bias).

Dalam “Piramida Terbalik”, bahan tulisan (informasi) disusun sedemikian rupa sehingga pembaca pertama-tama memperoleh bagian terpenting dari berita ketika membaca pada awal tulisan. Materi disusun sesuai dengan urutan pentingnya; informasi makin ke bawah makin kurang penting, lebih banyak detail, sementara pokoknya sudah dimuat di atas.

Menurut Goenawan Mohamad (1996), dalam dunia pers yang terburu-buru, piramida terbalik mempunyai dua fungsi. Pertama untuk memungkinkan editor memotong naskah dari bawah. Karena disusun sesuai dengan skala nilai pentingnya, maka editor dengan cepat memotong dari belakang sesuai dengan halaman yang tersedia.

Kedua, memungkinkan diketahui dengan cepat apakah berita itu layak dimuat atau tidak. Editor cukup membaca leadnya saja. Editor tahu, bahwa unsur terpenting suatu berita langsung terletak pada bagian lead (teras).

Judul Berita
Istilah “kesan pertama selanjutnya terserah Anda”, sepertinya cocok diterapkan dalam proses menciptakan judul berita. Judul merupakan ekspresi dan pandangan pertama. Semenarik dan penting apapun suatu berita, tapi jika judulnya tidak berkesan dan cukup mewakili isi, maka tak ada gunanya.

Agar berita tampil menarik, maka ciptakanlah judul yang; singkat, padat, lengkap, komunikatif, mudah dipahami, jelas (tidak menyesatkan alias missleading), dan mewakili isi berita. Cupi Sofyan (2000) menyarankan agar penulisan judul tidak dipenggal oleh tanda baca koma, lebih baik menggunakan kalimat aktif, dan tidak melanggar kode etik.

Lead
Lead merupakan pembukaan bagi suatu berita dan unsur terdepan setelah judul. Beberapa tulisan bisa dimengerti dengan cukup membaca lead saja. Oleh Goenawan Mohamad (1996) lead dibuat untuk menarik pembaca agar lebih lanjut membaca tubuh berita sekaligus membuat alur berita menjadi lancar.

Mencoba menangkap minat pembaca tanpa menciptakan lead yang kuat, sama halnya dengan memancingi ikan tanpa umpan. Intinya, dalam menulis, ide apa saja bisa diterapkan asal tujuan bisa tercapai, yakni ketertarikan lebih lanjut. Teknisnya, bisa diterapkan dengan prinsip konvensional 5W +1H. Lead sebaiknya pendek atau tidak lebih dari 40 kata atau menurut Goenawan tak lebih dari empat baris. Macamnya pun bisa bervariasi dari lead ringkasan, kutipan sampai lead nyentrik.(4)

Tubuh Berita
Bagian ini merupakan detail dari teras berita (lead). Merupakan penjelasan lanjut dari tulisan diatasnya. Pada bagian ini, factor why and how dipaparkan lebih mendalam.

Pada bagian ini faktor yang harus di taati adalah kedisiplinan pada penulisan yang baik dan benar, meliputi penulisan paragraph (koherensi dan korelasinya) dan ejaan, bahasa, prinsip kejelasan SPOK, diksi (kata-kata) dan intonasi (intonasi bahasa jurnalistik sangat berbeda dengan misalnya penulisan paper, makalah seminar, atau karya tulis ilmiah).

Ingat juga, tidak diperkenankan ada pengulangan kata, kalimat, bahkan logika. Perlu juga untuk menghindari adanya penjelasan yang tidak relevan (Rofiqi, 2001).

Yang perlu digarisbawahi, bahwa agar tulisan tidak melebar dan meluas ngalor-ngidul, maka dalam menulis berita langsung dan juga jenis berita lainnya, harus memperoleh angle (sudut pandang) yang jelas. Ketidakdisiplinan berada dalam bingkai angle yang jelas, mengakibatkan tulisan tidak tajam dan cenderung tak terarah alias tidak fokus. Angle merupakan sub tema yang terpilih, yang dipakai untuk menetapkan kerangka batas-batas tema yang ditulis.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar