Senin, September 03, 2012

Siapapun kita, pernah kita mengalami kesedihan baik itu kesedihan akibat refleksi hidup kita selama ini maupun kesedihan akibat lingkungan dan pergaulan kita. Sedih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sedu, isak dan tangis. Hal ini berarti sedih itu sendiri dimaknai oleh sedu yang artinya keadaan dimana kita merasa sendirian menangis yang dilanjutkan oleh isak dan tangis.
Kesedihan itu sendiri dimaknai oleh suatu emosi yang ditandai oleh perasaan tidak beruntung, kehilangan, dan ketidakberdayaan. Saat sedih, manusia sering menjadi lebih diam, kurang bersemangat, dan menarik diri. Kesedihan dapat juga dipandang sebagai penurunan suasana hati sementara, sementara depresi sering dicirikan dengan penurunan suasana hati yang konsisten dan besar yang kadang disertai dengan gangguan terhadap kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan hariannya.
Manusia yang normal dalam hidupnya pasti pernah mengalami kesedihan, hanya jangan pernah kita berlarut-larut dalam kesedihan itu sendiri. Bangkit dan robohkan ding-ding kesedihan itu agar kita dapat mengetahui apa makna dibalik kesedihan itu sendiri.
Dalam Surat Al Baqarah ayat 216 dijelaskan bahwa:
….boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah Yang mengetahui (semuanya itu). Sedang kamu tidak mengetahuinya.
Adalah termasuk rahmat Allah Ta’ala, bahwa kesedihan atau apa pun yang tidak diinginkan, yang dialami manusia, tidak ada yang berlangsung selamanya, tetapi selalu berakhir dengan meninggalkan dampak-dampak positif dan berbagai manfaat bagi orang-orang yang terkena musibah. Hal tersebut bisa berbeda-beda sesuai taufik (pertolongan) Allah yang diberikan kepadanya di satu sisi, dan di sisi lain sesuai kesadaran dari orang yang terkena musibah itu sendiri dalam memetik buah dari peristiwa yang dilalaminya, dalam mengharapkan pahala di sisi Allah, dan dalam memandang secara positif terhadap bencana itu.
Berikut manfaat dan buah yang bisa dipetik oleh orang yang menderita kesedihan ketika mengalami musibah:
1. Agar Orang yang Ditimpa Musibah Itu Sempat Beribadah
Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk-Nya tak lain untuk diberi cobaan dan ujian, agar terlihat ibadah mereka, berupa syukur dari orang yang mengalami kesenangan dan bersabar dari orang yang mengalami kesedihan. Ini takkan bisa terjadi, kecuali Allah membolak-balikan keadaan hamba-Nya, sehingga nyatalah kesungguhan ibadahnya kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Sesungguhnya mengagumkan urusan orang mukmin (orang yang beriman). Sesungguhnya segala urusannya menjadi baik, dan itu takkan terjadi pada siapa pun selain orang mukmin. Jika dia mengalami kesenangan, dia bersyukur, maka menjadi kebaikan baginya. Dan, jika dia terkena kesedihan, dia bersabar, maka menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya, 4/2295 nomor 2999 (Lihat: Tuhfat Al-Maridh karya Syaikh Abdullah Al-Ju’aitsin, hal.9)
2. Untuk Menghapus Dosa dan Kesalahan
Siapakah di antara kita yang tidak pernah menganiaya diri sendiri? Setiap anak Adam gemar melakukan kesalahan. Akan tetapi, Allah Maha Pengasih. Di antara kasih sayang-Nya, Dia membuat musibah-musibah dan kesedihan-kesedihan yang menimpa seseorang sebagai penghapus dosa-dosanya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id Radhiyallahu Anhuma, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwa beliau bersabda,
Tidaklah orang mukmin ditimpa suatu keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, gangguan dan kesusahaan, sampai duri yang menusuknya sekalipun, kecuali Allah menghapus dengannya kesalahan-kesalahannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, sedangkan lafazh hadist ini menurut Al-Bukhari)
3. Menjadi Jalan Masuk Syurga
Sesungguhnya kesedihan dan hal-hal yang tidak disukai yang menimpa seseorang, adalah salah satu jalan menuju syurga apabila dia menerimanya dengan sabar dan mengharap pahala dari Allah.
Memang, syurga itu tidak bisa diperoleh, kecuali dengan bersusah-payah dan hal-hal yang tidak disukai. Dalam hal ini Allah Azza wa Jalla berfirman dalam QS. Al-Baqarah Ayat 214:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amatlah dekat.”
4. Agar Menyadari Tentang Hakikat Dunia
Diantara buah yang bisa dipetik dari kesedihan dan hal-hal yang tidak disukai, ialah tersingkapnya hakikat dunia bagi orang yang mengalami musibah. Maksudnya, lewat pengalaman yang nyata, dia mengetahui bahwa dunia ini memang hina dan tidak abadi, kesenangannya tidak seberapa, dan tidak pernah jernih dari siapa pun. Apabila dunia membuatnya sedikit tertawa, tetapi tidak dapat mebuatnya banyak menangis. Kalaupun dunia menyenangkannya sehari, tetapi dapat membuatnya sedih berhari-hari. Selain itu, kalaupun dunia memberi sedikit, tetapi dapat mencegah banyak.
Pengalaman nyata merupakan peringatan paling efektif bagi orang beriman, agar tidak terpedaya dengan dunia yang tidak abadi ini, yang penuh dengan berbagai kecemasan, kekeruhan dan kesedihan. Dengan demikian, orang yang memperoleh dunia akan memandangnya remeh dan tidak cenderung kepadanya, serta menyadari dengan yakin, bahwa dirinya takan selamanya tinggal di dunia. Kemudian hal tersebut membimbingnya untuk bercita-cita memperoleh suatu negeri yang tidak terdapat kekeruhan maupun kesedihan, yaitu negeri yang telah dikatakan oleh Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Apabila penghuni syurga telah masuk syurga, maka seorang penyeru menyerukan, ‘Sesungguhnya kamu sekalian akan hidup tanpa mengalami kematian buat selama-lamanya. Sesungguhnya kamu sekalian akan mengalami sehat tanpa mengalami sakit buat selama-lamanya. Sesungguhnya kamu sekalian akan tetap muda tanpa mengalami ketuaan buat selama-lamanya. Dan, sesungguhnya kamu sekalian akan mengalami kenikmatan tanpa mengalami kesedihan buat selama-lamanya’.” (HR. Muslim nomor 2837)
5. Menjadi Obat Mujarab Bagi Kesombongan, Ujub (keangkuhan) dan Kekasaran Hati
Sombong, ujub dan kekasaran hati yang ada pada manusia adalah penyakit yang membawa manusia pada bencana kebinasaan, baik di dunia maupun di akhirat. Namun, Allah Ta’ala adalah Maha Pengasih. Dia sering kali mengamati hamba-Nya dengan berbagai macam obat berupa musibah-musibah, supaya itu semua menjadi benteng baginya terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Selain itu, mengapa orang yang bersikap sewenang-wenang dalam hidup ini, padahal kesewenangannya itu pasti musnah, tanpa diragukan takkan bisa dipertahannkan. Bahkan, terkadang dia bisa mengalami sebaliknya, yakni dipecundangi dengan sewenang-wenang. Karena bagaimana pun langgengnya suatu keadaan adalah mustahil, sementara kendali perubahan ada di tangan Penciptanya Azza wa Jalla, Sebagaimana Dia berfirman dalam Al Quran Surat Yasin Ayat 82:
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya,’Jadilah’, maka terjadilah ia.”
6. Agar Manusia Menyadari Hakikat (Kenyataan Yang Sebenarnya) Dirinya.
Sesungguhnya penderitaan dan hal-hal yang tidak diinginkan, khususnya bencana-bencana umum, semua itu bisa menyingkapkan kepada manusia siapakah diri mereka yang sebenarnya. Dengan adanya bencana-bencana itu, hal-hal yang terpendam dalam jiwa mereka akan terlihat, nampak pula dengan nyata tabiat-tabiat hatidan setebal apa kegelapan dan kejernihannya, sejauh mana keluh-kesah dan kesabarannya, sejauh mana kepercayaan dan keputus-asaan terhadap rahmat Allah, dan sejauh mana kepasrahaannya kepada kekuasaan Allah ataukah malah bersungut-sungut dan menunjukan ketidaksabaran. Pada saat itu, menjadi jelaslah di barisan mana seseorang berdiri, dan menjadi nyata siapa yang mukmin dan siapa yang munafik. Masing-masing akan terlihat dengan jelas siapa mereka sebenarnya.
Bahkan, barangkali ada orang yang bingung menilai dirinya sendiri. Dia tidak mengetahui dengan pasti hakikat dirinya yang sebenarnya, kecuali setelah melewati berbagai pengalaman dan diuji dengan berbagai peristiwa besar yang dahsyat. Jadi, krisis-krisis dan peristiwa-peristiwa dahsyat itu sebenarnya mempertegas dan membersihkan pribadi seseorang sehingga jelas siapa dia yang sebenarnya, sebagaimana dibersihkannya bijih emas dengan api, sehingga hilang kepalsuannya dan menjadi nyata aslinya yang cemerlang.

7. Merupakan Kesempatan Untuk Introspeksi
Diantara manfaat terjadinya musibah pada seorang muslim merupakan kesempatan baginya untuk melakukan penelitian dan muhasabah (introspeksi) terhadap dirinya, dan merupakan proses yang cepat untuk mengetahui di mana letak-letak kekurangannya. Karena, apa pun yang dialami manusia, tidak lain adalah perbuatan dirinya sendiri, sebagimana difirmankan oleh Allah Ta’ala,
Dan, musibah apa yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahan kamu).”
Adalah suatu kebijakan dan keberanian, apabila seorang muslim berupaya mengalahkan hawa nafsunya dan mengendalikannya dengan kendali takwa, ketika dia mengetahui kekurangan yang dilakukannya, lalu ia melepaskan diri dari tindakan-tindakan aniaya dan berlebih-lebihan terhadap diri sendiri.
8. Penyebab Orang Mau Tunduk Kepada Allah
Pada saat terjadi peristiwa menyedihkan, pastilah -bagi orang yang mendapat taufik Allah- benar-benar kembali kepada Allah. Dia serahkan dirinya ke hadapan Tuhannya, lalu ia meminta dan memohon kepada-Nya dengan hati yang hancur. Itu semua dikarenakan apabila semua jalan telah buntu dan segala cara telah dilakukan, tetapi tidak berhasil, barulah orang sangat yakin bahwasanya tidak ada tempat untuk melarikan diri dari Allah, kecuali hanya kepada-Nya. Oleh karena itu, dia pun menyerah kepada Tuhannya, tunduk, dan menyatakan kebangkrutannya, serta melepaskan dirinya dan siapa saja selain dari Tuhannya semata.
Imam Ibnul Qayim Rahimahullah berkata, “Pintu terdekat yang bisa dimasuki seorang hamba untuk menghadap Allah adalah kebangkrutan. Hal ini dikarenakan pada saat itu, dia melihat dirinya tidak memiliki pangkat, kedudukan, maupun jalan yang bisa diandalkan, apalagi sarana yang bisa dia banggakan. Akan tetapi, dia masuk untuk menemui Allah Ta’ala lewat pintu kekafiran dan kebangkrutan, seperti masuknya orang yang hatinya telah hancur luluh akibat kekafiran dan kemiskinan, hingga sampailah kehancuran itu ke lubuk hatinya dan dia pun tak mengetahui harus berbuat apa. Kehancuran benar-benar meliputinya dan segenap penjuru, maka dia pun mengakui sepenuhnya harus kembali kepada Tuhannya, dan menyadari bahwa dirinya benar-benar miskin dan berharap belas kasihan kepada-Nya.” (Al-Wabil Ash-Shaiyib, hlm.8)

9. Memberi Pengalaman Yang Berharga
Di antara buah yang bisa dipetik dari musibah dan cobaan ialah diperolehnya pengalaman yang berharga oleh orang yang mengalami musibah, sebagai akibat dari berbagai perubahan keadaan yang dialaminya. Ini akan memberi kemampuan untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai bencana besar sepanjang hidupnya, dan kemampuan bersikap yang baik dalam menghadapi perubahan-perubahan yang tiba-tiba, serta kemampuan beradaptasi dengan berbagai situasi sulit yang dialaminya,
Itu semua adalah hasil dari sikap berhati-hati, sebagimana diabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah dilakukan pada sesuatu melainkan membuatnya indah, dan tidaklah ia dihilangkan dari sesuatu melainkan membuatnya buruk.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya nomor 2594)
Semoga Bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar