Hari / Tanggal : Kamis / 12 September 2019
Materi
Melakukan evaluasi diri atau muhasabah memang merupakan tuntunan Islam. Hal itu diungkapkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Hasyr [59]: 18).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, suatu siang para sahabat sedang bersama Rasulullah SAW. Lalu, datanglah suatu kaum yang keadaannya sangat mempri hatinkan. Wajah Rasulullah berubah ketika melihat mereka. Rasul masuk, kemudian keluar, lalu menyuruh Bilal mengumandangkan azan dan ikamah.
Rasul pun shalat dan kemudian berkhutbah: "Wahai sekalian manusia, bertakwalah kalian semua kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu ...." (QS An-Nisaa' [4]: 1). Dan, beliau membaca ayat: "... dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)...." (QS Al-Hasyr [59]: 18).
Seketika itu, seorang sahabat langsung menyedekahkan dinar, dirham, baju, dan kurmanya. Kemudian, secara berturut-turut diikuti oleh para sahabat yang lain, hingga sedekah berupa makanan dan baju itu menumpuk seperti dua anak bukit. Melihat pemandangan yang menyenangkan itu, wajah Rasulullah berbinar-binar.
Lalu, beliau bersabda bahwa siapa yang berbuat baik dia akan mendapat pahala dari perbuatannya dan juga pahala dari orang yang mengikuti kebaikannya itu tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang mengikuti jejak kebaikannya itu. Demikian sebaliknya ketika seseorang berbuat jelek (HR Muslim).
Dari riwayat yang amat inspiratif tersebut, Ibnu Katsir lalu menafsirkan ayat `... dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) ..." tersebut mengandung pengertian: "perhitungkanlah diri kalian sebelum kalian diperhitungkan oleh Allah SWT di hari kiamat kelak, dan perhatikanlah amal saleh apa yang sudah kalian simpan untuk akhirat dan untuk menghadap Tuhan."
Jadi, muhasabah adalah menghitung diri atau bertanya kepada diri sendiri tentang amal saleh yang akan menjadi bekal dalam perhitungan (hisab) Allah SWT pada hari kiamat nanti.
Sebagaimana dialami para sahabat dalam kisah inspiratif di atas, muhasabah akan langsung meng gerakkan kita untuk bersegera mengukir amal saleh atau prestasi. Sebab, dengan muhasabah, kita akan menyadari kebutuhan kita terhadap amal saleh. Bahwa kita sangat membutuhkan amal saleh untuk bekal di akhirat kelak.
Oleh karena itu, marilah kita semua melakukan muhasabah. Kita bertanya pada diri masing-masing, amal saleh apa yang sudah kita lakukan untuk akhirat kita. Sebab, dengan muhasabah itu, kita akan optimistis menghadapi hari esok. Dan, optimisme itu muncul tiada lain karena karya nyata yang lahir dari kegiatan muhasabah. Wallahu a'lam.
Materi
MUHASABAH
Melakukan evaluasi diri atau muhasabah memang merupakan tuntunan Islam. Hal itu diungkapkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Hasyr [59]: 18).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, suatu siang para sahabat sedang bersama Rasulullah SAW. Lalu, datanglah suatu kaum yang keadaannya sangat mempri hatinkan. Wajah Rasulullah berubah ketika melihat mereka. Rasul masuk, kemudian keluar, lalu menyuruh Bilal mengumandangkan azan dan ikamah.
Rasul pun shalat dan kemudian berkhutbah: "Wahai sekalian manusia, bertakwalah kalian semua kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu ...." (QS An-Nisaa' [4]: 1). Dan, beliau membaca ayat: "... dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)...." (QS Al-Hasyr [59]: 18).
Seketika itu, seorang sahabat langsung menyedekahkan dinar, dirham, baju, dan kurmanya. Kemudian, secara berturut-turut diikuti oleh para sahabat yang lain, hingga sedekah berupa makanan dan baju itu menumpuk seperti dua anak bukit. Melihat pemandangan yang menyenangkan itu, wajah Rasulullah berbinar-binar.
Lalu, beliau bersabda bahwa siapa yang berbuat baik dia akan mendapat pahala dari perbuatannya dan juga pahala dari orang yang mengikuti kebaikannya itu tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang mengikuti jejak kebaikannya itu. Demikian sebaliknya ketika seseorang berbuat jelek (HR Muslim).
Dari riwayat yang amat inspiratif tersebut, Ibnu Katsir lalu menafsirkan ayat `... dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) ..." tersebut mengandung pengertian: "perhitungkanlah diri kalian sebelum kalian diperhitungkan oleh Allah SWT di hari kiamat kelak, dan perhatikanlah amal saleh apa yang sudah kalian simpan untuk akhirat dan untuk menghadap Tuhan."
Jadi, muhasabah adalah menghitung diri atau bertanya kepada diri sendiri tentang amal saleh yang akan menjadi bekal dalam perhitungan (hisab) Allah SWT pada hari kiamat nanti.
Sebagaimana dialami para sahabat dalam kisah inspiratif di atas, muhasabah akan langsung meng gerakkan kita untuk bersegera mengukir amal saleh atau prestasi. Sebab, dengan muhasabah, kita akan menyadari kebutuhan kita terhadap amal saleh. Bahwa kita sangat membutuhkan amal saleh untuk bekal di akhirat kelak.
Oleh karena itu, marilah kita semua melakukan muhasabah. Kita bertanya pada diri masing-masing, amal saleh apa yang sudah kita lakukan untuk akhirat kita. Sebab, dengan muhasabah itu, kita akan optimistis menghadapi hari esok. Dan, optimisme itu muncul tiada lain karena karya nyata yang lahir dari kegiatan muhasabah. Wallahu a'lam.
SEKIAN...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar