Hari / Tanggal : Kamis / 12 Maret 2020
Materi
Materi
Keanekaragaman Makhluk Hidup
Ketika kita mengamati makhluk hidup kita menemukan banyak perbedaan sifat antara satu dan yang lainnya, kenekaragaman sifat ini tidak hanya terjadi pada makhluk hidup antar jenis, tapi juga antar individu dalam satu spesies. Keanekaragaman pada makhluk hidup disebut juga dengan keanekaragaman hayati atau biodeversitas menunjukkan adanya variasi bentuk, penampilan, ukuran dan sifat lainnya yang meliputi keseluruhan berbagai variasi pada tingkat gen, jenis serta ekosistem disuatu daerah.
1. Tingkat Keanekaragaman Makhluk Hidup
Tingkat keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Keanekaragaman Gen
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel, dan di dalam sel tersebut terdapat gen. Gen merupakan substansi yang berfungsi membawa sifat. Sifat yang dimiliki oleh induk jantan dan betina dibawa oleh gen untuk diwariskan kepada keturunannya. Gen terdapat dalam kromosom yang berada dalam inti sel. Wujud gen berupa potongan atau segmen dari rantai terpilin (DNA). Setiap individu memiliki susunan gen yang khas, meskipun jumlah gennya sama.
Keanekaragaman gen menunjukkan adanya variasi susunan gen pada individu-individu sejenis. Gen-gen tersebut mengekspresikan berbagai variasi dari satu jenis makhluk hidup, seperti tampilan pada warna mahkota bunga, ukuran daun, tinggi pohon, dan sebagainya.
Keanekaragaman gen dalam satu spesies disebut varietas, contohnya dalam spesies kucing, kita mengenal kucing angora, siam dan inggris, Demikian juga pada tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, delanggu, dan bumiayu.
b. Keanekaragaman Jenis
Keanekarahaman jenis disebut juga keanekaragaman spesies. Spesies adalah kumpulan makhluk hidup yang memiliki persamaan ciri umum dan dapat melakukan perkawinan dengan sesamanya serta menghasilkan keturunan yang subur (fertil).
Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat. Contohnya adalah tumbuhan kentang (Solanum tuberosum) dan tumbuhan tomat (Solanum lycopersicum). Meskipun berada dalam genus yang sama, yaitu Solanum, kedua tumbuhan tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda.
c. Keanekaragaman Ekosistem
Dalam aktivitas kehidupannya makhluk hidup selalu berinteraksi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Ketergantungan ini berkaitan dengan kebutuhan akan oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca, dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Hal ini menunjukkan adanya keaneka ragaman ekosistem. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas yang terdiri dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Misalnya, hutan hujan, hutan gugur, hutan tropis, padang rumput, padang lumut, ladang, danau, dan sebagainya.
2. Klasifikasi Makhluk Hidup
Di bumi keanekaragaman makhluk hidup sangat beranekaragam dan semakin lama bertambah banyak, tentu saja keanekaragaman juga tertambah. Dengan adanya makhluk hidup yang jumlahnya berjuta-juta itu bagaimana kita akan mempelajarinya? Untuk mempelajari makhluk hidup tersebut, manusia berusaha menyederhanakan makhluk hidup dengan menggolong-golongkan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. Di dalam kelompok yang mempunyai ciri-ciri yang sama tersebut pastilah ditemukan lagi perbedaan-perbedaan. Kemudian dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki, sehingga akan diperoleh kelompok terkecil dengan persamaan ciri yang sama. Ilmu yang mempelajari pengelompokkan makhluk hidup dengan suatu sistem tertentu disebut klasifikasi atau taksonomi.
Berdasarkan cara pengelompokannya, sistem klasifikasi makhluk hidup dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
v Sistem artificial ( buatan )
Klasifikasi dilakukan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fisiologi (terutama pada alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup). Contoh sistem klasifikasi ini adalah yang dilakukan oleh Theopratus dalam bukunya Historia Plantarum. Ia membagi tumbuhan menjadi empat kelompok berdasarkan penampakannya, yaitu pepohonan, perdu, semak, dan gulma. Sistem yang lain dikemukakan oleh Aristoteles dalam bukunya Historia Animalum. Ia mengelompokkan hewan menjadi dua kelompok, yaitu hewan berdarah dan hewan tak berdarah. Tokoh lain yang mengembangkan sistem ini adalah Carolus linneaus.
v Sistem alamiah
Hasil klasifikasi (takson) terbentuk secara alami, sesuai kehendak alam. Dasar klasifi kasi yang digunakan yaitu banyak sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Pelopornya adalah Michael Adanson dan Jean Baptise de Lamarck. Mereka mengelompokkan hewan menjadi empat kelompok, yaitu hewan berkaki empat, hewan berkaki dua, hewan bersirip, dan hewan tidak berkaki. Selanjutnya, hewan berkaki empat dibagi lagi menjadi kelompok hewan berkuku genap dan berkuku gasal.
v Sistem filogeni
Merupakan klasifikasi yang mengacu pada teori evolusi. Teori tersebut menyatakan bahwa spesies yang ada di muka bumi akan mengalami perubahan terus menerus sejalan dengan perubahan lingkungan, sehingga menghasilkan spesies yang berbeda. Organisme baru dilahirkan oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi perubahan susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin dekat hubungan perkerabatan, semakin banyak persamaannya.
Pada abad ke-18 Carolus Linnaeus (1707 – 1778), seorang ahli biologi dari Swedia memperkenalkan klasifikasi berdasarkan persamaan struktur. Makhluk hidup yang mempunyai struktur tubuh yang sama ditempatkan dalam satu kelompok. Bila dalam satu kelompok ditemukan perbedaan–perbedaan, maka dipisahkan dalam kelompok yang lebih kecil lagi begitu seterusnya. Hal ini menghasilkan setiap kelompok kecil mempunyai persamaan ciri. Dengan cara seperti ini maka makhluk yang ada dipermukaan bumi ini dibedakan menjadi dua kelompok dunia kehidupan besar yaitu: dunia hewan atau Animalia dan dunia tumbuhan atau Plantae. Selanjutnya setiap dunia akan dibagi menjadi kelompok-kelompok lebih kecil yang disebut dengan takson-takson.
Dunia hewan akan dibagi menjadi takson-takson sebagai berikut:
a. Kingdom atau kerajaan.
b. Filum.
c. Class atau kelas.
d. Ordo atau bangsa
e. Familia atau suku.
f. Genus atau marga.
g. Species atau jenis.
Sedangkan dalam dunia tumbuhan dibagi menjadi takson-takson sebagai berikut:
a. Kingdom atau kerajaan.
b. Divisi.
c. Class atau kelas.
d. Ordo atau bangsa.
e. Familia atau suku.
f. Genus atau marga.
g. Species atau jenis.
Selain itu, di dalam klasifikasi makhluk hidup menggunakan sistem yang disebut dengan Sistem Binomial Nomenklatur (Sistem nama ganda). Di dalam sistem Binomial Nomenklatur mempunyai aturan-aturan sebagai berikut:
a. Species terdiri dari dua kata, kata pertama menunjukkan genus dan kata kedua menunjukkan sifat spesifikasinya.
b. Kata pertama diawali dengan huruf besar dan kata kedua dengan huruf kecil.
c. Menggunakan bahasa latin atau ilmiah atau bahasa yang dilatinkan dengan dicetak miring atau digaris bawahi. Contoh : Nama species Padi : Oryza sativa. Genus : Oryza, Species : sativa.
Contoh klasifikasi makhluk hidup :
Menurut RH.Whittaker yang didukung oleh banyak ahli biologi, pada tahun 1969 dikembangkan klasifikasi makhluk hidup menggunakan sistem lima kingdom sebagai berikut:
a. Monera
Monera berasal dari kata monares yang berarti tunggal. Mikroorganisme ini memiliki inti tetap, uniseluler (bersel tunggal), sel prokariotik (tidak memiliki membran inti), dan memiliki reproduksi secara aseksual. Misal: bakteri dan ganggang biru.
b. Protista
Ciri-ciri protista adalah eukariotik (mempunyai membrane inti), uniseluler atau multiseluler (bersel banyak), dan autotrof atau heterotrof. Misal: Protozoa yang mempunyai ukuran sangat kecil, satu sel, hidup di air atau parasit pada makhluk lain, berkembangbiak membelah diri.
c. Jamur ( Fungi)
Ciri-ciri fungi adalah eukariot, memiliki dinding sel, tidak memiliki klorofil, uniseluler atau multiseluler, hidup heterotrof (saprofit, parasit, dan mutual). Tubuh jamur tersusun dari benang-benang halus disebut hifa. hifa ada yang bersekat dan ada yang tidak bersekat. Fungi hidup di tempat-tempat lembap, air laut, air tawar, di tempat yang asam dan bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak (lichenes). Reproduksi secara aseksual menghasilkan spora, kuncup, dan fragmentasi. Sedangkan, secara seksual dengan zigospora, askospora, dan basidiospora.
d. Plantae
Kingdom plantae atau tumbuhan adalah istilah untuk organisme yang memiliki ciri eukariotik dan multiseluler. Selain itu, organisme ini mampu melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan karena memiliki klorofil. Berdasarkan berkas pembuluh, plantae dibagi kedalam dua kelompok (divisi), yaitu Thallophyta dan Tracheophyta.
e. Animalia
Animalia atau hewan merupakan organisme multiseluler, bersifat heterotrof, organisme yang aktif. Kingdom animalia dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, yaitu vertebrata dan invertebrata.
3. Persebaran Organisme
Persebaran organisme di muka bumi dipelajari dalam cabang biologi yang disebut biogeografi. Menurut Alfred Russel Wallace, berdasarkan adanya persamaan fauna di daerah-daerah tertentu di bumi, maka dapat dibedakan 6 daerah biogeografi dunia, yaitu sebagai berikut :
§ Nearktik : Amerika Utara.
§ Palearktik : Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika, Gurun Sahara sebelah utara.
§ Neotropikal : Amerika Selatan bagian tengah.
§ Oriental : Asia, Himalaya, bagian selatan.
§ Ethiopia : Afrika
§ Australia : Australia dan pulau – pulau sekitarnya.
4. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis. Berada di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia, karena memiliki keanekaragaman jenis hayati yang tinggi. Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati yang kedua terbesar di dunia setelah Brazil. Hutan hujan tropis kita kaya akan flora dan fauna serta memiliki tingkat endemisme yang tinggi. Begitu pula dengan kekayaan terumbu karang di laut Indonesia yang merupakan pusat keanekaragaman yang tertinggi di dunia.
Berikut adalah tabel perkiraan jumlah spesies utama di Indonesia :
Kelompok
|
Indonesia
|
Dunia
|
Bakteri, ganggang hijau biru
|
300
|
4.700
|
Jamur
|
12.000
|
47.000
|
Rumput laut
|
1.800
|
21.000
|
Lumut
|
1.500
|
16.000
|
Paku pakuan
|
1.250
|
13.000
|
Tanaman berbunga
|
25.000
|
250.000
|
Serangga
|
250.000
|
750.000
|
Molusca
|
20.000
|
50.000
|
Ikan
|
8.500
|
19.000
|
Amfibia
|
1.000
|
4.200
|
Burung
|
1.500
|
9.200
|
Reptilia
|
2.000
|
6.300
|
Mamalia
|
500
|
4.170
|
Sumber: KLH, 1989 dalam Moeljopawiro, 2001, hlm.4
a. Persebaran Fauna di Indonesia
Menurut garis Wallace , persebaran fauna di Indonesia terbagi menjadi bagian barat (oriental) dan timur (Australia) yang masing-masing ditandai oleh fauna yang khas. Sementara itu, menurut garis Webber, diantara wilayah barat dan timur, atau antara Oriental dan Australia terdapat zona peralihan. Berikut adalah persebaran fauna berdasarkan wilayah persebarannya :
ü Wilayah Indonesia Barat (Oriental). Berbagai jenis kera, gajah, harimau, tapir, badak, kerbau liar, babi hutan, serta rusa.
ü Wilayah Indonesia Timur (Australia). Berbagai jenis burung misal :kasuari, nuri, parkit, cendrawasih dan merpati berjambul. Beberapa jenis hewan berkantong misal : kanguru wallabi dan kanguru pohon.
ü Wilayah zona peralihan (Oriental dan Australia). Burung Hantu, bajing dan babi dan di Sulawesi terdapat hewan khas yaitu anoa dan di pulau Komodo terdapat komodo.
b. Persebaran Flora di Indonesia
Menurut Dr. Sampurno Kadarsan, ahli botani Indonesia, flora Indonesia termasuk dalam kawasan Malesiana. Berikut ini akan diuraikan penyebaran flora di Indonesia.
Ø Daerah hutan hujan tropis terdapat di Kalimantan, Sumatera, Papua, Sulawesi dan sedikit di Jawa Barat. Ciri hutan lebat, heterogen dan lembab.
Ø Daerah hutan musim terdapat di Pulau Jawa. Ciri hanya terdapat satu jenis tumbuhan (homogen), contohnya hutan jati.
Ø Daerah sabana terdapat di Madura dan dataran tinggi Gayo (Nanggroe Aceh Darussalam). Ciri banyak ditemukan rumput yang diselingi semak atau rumpun pohon rendah.
Ø Padang rumput (stepa) terdapat di Pulau Sumba, Sumbawa, Flores dan Timor. Cirinya padang rumput yang luas, musim kemarau yang panjang.
5. Manfaat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman tumbuhan dan hewan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, diantaranya :
v Sebagai sumber pangan. Contohnya : beras,singkong, ubi jalar dsb. Selain itu juga berasal dari hewan-hewan ternak seperti sapi, ayam, kambing dsb.
v Sebagai sumber sandang dan papan. Contoh : Kapas, rami, yute, ulat sutera yang dibutuhkan untuk bahan pembuatan kain. Kayu jati, mahoni, lontar dibutuhkan sebagai bahan bangunan.
v Sebagai sumber obat dan kosmetik. Contoh : laos, turi, temulawak, jahe dan sebagainya yang digunakan sebagai bahan obat-obatan. Penggunaan bunga-bungaan seperti cendana, melati, mawar, kemuning dsb digunakan sebagai bahan pembuatan kosmetik.
6. Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Berkurangnya keanekaragaman hayati menunjukkan ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dan kapasitas alam. Penyebab hilangnya keanekaragaman hayati antara lain sebagai berikut :
Ø Fragmentasi dan hilangnya habitat.
Ø Eksploitasi berlebihan pada spesies hewan dan tumbuhan.
Ø Pencemaran tanah, air, dan udara.
Ø Perubahan iklim global.
Ø Industrialisasi kehutanan dan pertanian.
7. Konservasi Keanekaragaman Hayati
Tekanan berbagai kepentingan pemanfaatan hayati di banyak kawasan mengancam kekayaan hayati Indonesia. Kepulauan Indonesia berupa alam sangat luas dan penting baik secara nasional, maupun internasional. Indonesia mempunyai tanggung jawab dunia dan nasional untuk memerhatikan secara sungguh-sungguh mengenai perlindungan. Kini lebih dari 350 daerah di Indonesia ditetapkan untuk konservasi, meliputi upaya pelestarian ekosistem dan melindungi tanah dan air. Selain itu, Indonesia juga harus memerhatikan hal-hal yang mengkhawatirkan, seperti bagian terkaya daerah pelestarian telah hilang di daerah hutan penebangan, petani mencari keuntungan lebih untuk nafkah hidup, pembangunan jalan melintasi batas hutan dan menembus taman nasional, pencarian dan penambangan mineral di banyak taman nasional dan kawasan lindung, sehingga mengganggu hutan dan margasatwa, juga pencemaran yang tinggi, kelambanan penanganan pelestarian akan mempercepat hilangnya hayat, hilangnya banyak daerah dan jenis khas yang tak tergantikan.
Pemanfaatan sumber daya hayati yang secara terus-terusan secara tidak seimbang dapat mengakibatkan hilangnya habitat, rusaknya ekosistem, dan menipisnya plasma nutfah.
Ada dua cara pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
v Budi daya atau pemuliaan hayati di bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan sebagainya.
v Pelestarian hayati, meliputi upaya in situ dan ex situ.
· Pelestarian secara in situ, yaitu melindungi sumber hayati di tempat aslinya. Hal ini dilakukan sehubungan dengan keberadaan organisme yang memerlukan habitat khusus, dan akan membahayakan kehidupan organisme tersebut jika dipindahkan ke tempat lainnya, contoh: cagar alam, hutan lindung, suaka margasatwa, taman laut.
· Pelestarian secara ex situ, merupakan bentuk perlindungan kenanekaragaman hayati Indonesia dengan cara memindahkan hewan atau tumbuhan ke tempat lainnya yang cocok bagi kehidupannya, contoh: kebun raya, hutan nasional, hutan produksi, kebun binatang, Tabulampot (tanaman budi daya dalam pot).
SEKIAN DAN SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar