Siapapun kita, pernah kita mengalami kesedihan baik itu kesedihan
akibat refleksi hidup kita selama ini maupun kesedihan akibat
lingkungan dan pergaulan kita. Sedih menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) berarti sedu, isak dan tangis. Hal ini berarti sedih
itu sendiri dimaknai oleh sedu yang artinya keadaan dimana kita merasa
sendirian menangis yang dilanjutkan oleh isak dan tangis.
Kesedihan itu sendiri dimaknai oleh suatu emosi yang ditandai oleh perasaan
tidak beruntung, kehilangan, dan ketidakberdayaan. Saat sedih, manusia
sering menjadi lebih diam, kurang bersemangat, dan menarik diri.
Kesedihan dapat juga dipandang sebagai penurunan suasana hati sementara,
sementara depresi
sering dicirikan dengan penurunan suasana hati yang konsisten dan besar
yang kadang disertai dengan gangguan terhadap kemampuan seseorang
untuk melakukan kegiatan hariannya.
Manusia yang normal dalam hidupnya pasti pernah mengalami kesedihan,
hanya jangan pernah kita berlarut-larut dalam kesedihan itu sendiri.
Bangkit dan robohkan ding-ding kesedihan itu agar kita dapat mengetahui
apa makna dibalik kesedihan itu sendiri.
Dalam Surat Al Baqarah ayat 216 dijelaskan bahwa:
“….boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah Yang mengetahui (semuanya itu). Sedang kamu tidak mengetahuinya.“
Adalah termasuk rahmat Allah Ta’ala, bahwa
kesedihan atau apa pun yang tidak diinginkan, yang dialami manusia,
tidak ada yang berlangsung selamanya, tetapi selalu berakhir dengan
meninggalkan dampak-dampak positif dan berbagai manfaat bagi orang-orang
yang terkena musibah. Hal tersebut bisa berbeda-beda sesuai
taufik (pertolongan) Allah yang diberikan kepadanya di satu sisi, dan
di sisi lain sesuai kesadaran dari orang yang terkena musibah itu
sendiri dalam memetik buah dari peristiwa yang dilalaminya, dalam
mengharapkan pahala di sisi Allah, dan dalam memandang secara positif
terhadap bencana itu.
Berikut manfaat dan buah yang bisa dipetik oleh orang yang menderita kesedihan ketika mengalami musibah:
1. Agar Orang yang Ditimpa Musibah Itu Sempat Beribadah
Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk-Nya tak lain
untuk diberi cobaan dan ujian, agar terlihat ibadah mereka, berupa
syukur dari orang yang mengalami kesenangan dan bersabar dari orang
yang mengalami kesedihan. Ini takkan bisa terjadi, kecuali Allah
membolak-balikan keadaan hamba-Nya, sehingga nyatalah kesungguhan
ibadahnya kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Sesungguhnya mengagumkan urusan orang mukmin (orang yang beriman). Sesungguhnya segala urusannya menjadi baik, dan itu takkan terjadi pada siapa pun selain orang mukmin. Jika dia mengalami kesenangan, dia bersyukur, maka menjadi kebaikan baginya. Dan, jika dia terkena kesedihan, dia bersabar, maka menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya, 4/2295 nomor 2999 (Lihat: Tuhfat Al-Maridh karya Syaikh Abdullah Al-Ju’aitsin, hal.9)
2. Untuk Menghapus Dosa dan Kesalahan
Siapakah di antara kita yang tidak pernah menganiaya diri sendiri?
Setiap anak Adam gemar melakukan kesalahan. Akan tetapi, Allah Maha
Pengasih. Di antara kasih sayang-Nya, Dia membuat musibah-musibah dan
kesedihan-kesedihan yang menimpa seseorang sebagai penghapus
dosa-dosanya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id Radhiyallahu Anhuma, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwa beliau bersabda,
“Tidaklah orang mukmin ditimpa suatu keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, gangguan dan kesusahaan, sampai duri yang menusuknya sekalipun, kecuali Allah menghapus dengannya kesalahan-kesalahannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, sedangkan lafazh hadist ini menurut Al-Bukhari)
3. Menjadi Jalan Masuk Syurga
Sesungguhnya kesedihan dan hal-hal yang tidak disukai yang menimpa
seseorang, adalah salah satu jalan menuju syurga apabila dia
menerimanya dengan sabar dan mengharap pahala dari Allah.
Memang, syurga itu tidak bisa diperoleh, kecuali dengan bersusah-payah dan hal-hal yang tidak disukai. Dalam hal ini Allah Azza wa Jalla berfirman dalam QS. Al-Baqarah Ayat 214:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amatlah dekat.”
4. Agar Menyadari Tentang Hakikat Dunia
Diantara buah yang bisa dipetik dari kesedihan dan hal-hal yang
tidak disukai, ialah tersingkapnya hakikat dunia bagi orang yang
mengalami musibah. Maksudnya, lewat pengalaman yang nyata, dia
mengetahui bahwa dunia ini memang hina dan tidak abadi, kesenangannya
tidak seberapa, dan tidak pernah jernih dari siapa pun. Apabila dunia
membuatnya sedikit tertawa, tetapi tidak dapat mebuatnya banyak
menangis. Kalaupun dunia menyenangkannya sehari, tetapi dapat
membuatnya sedih berhari-hari. Selain itu, kalaupun dunia memberi
sedikit, tetapi dapat mencegah banyak.
Pengalaman nyata merupakan peringatan paling efektif bagi orang
beriman, agar tidak terpedaya dengan dunia yang tidak abadi ini, yang
penuh dengan berbagai kecemasan, kekeruhan dan kesedihan. Dengan
demikian, orang yang memperoleh dunia akan memandangnya remeh dan tidak
cenderung kepadanya, serta menyadari dengan yakin, bahwa dirinya takan
selamanya tinggal di dunia. Kemudian hal tersebut membimbingnya untuk
bercita-cita memperoleh suatu negeri yang tidak terdapat kekeruhan
maupun kesedihan, yaitu negeri yang telah dikatakan oleh Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Apabila penghuni syurga telah masuk syurga, maka seorang penyeru menyerukan, ‘Sesungguhnya kamu sekalian akan hidup tanpa mengalami kematian buat selama-lamanya. Sesungguhnya kamu sekalian akan mengalami sehat tanpa mengalami sakit buat selama-lamanya. Sesungguhnya kamu sekalian akan tetap muda tanpa mengalami ketuaan buat selama-lamanya. Dan, sesungguhnya kamu sekalian akan mengalami kenikmatan tanpa mengalami kesedihan buat selama-lamanya’.” (HR. Muslim nomor 2837)
5. Menjadi Obat Mujarab Bagi Kesombongan, Ujub (keangkuhan) dan Kekasaran Hati
Sombong, ujub dan kekasaran hati yang ada pada manusia adalah
penyakit yang membawa manusia pada bencana kebinasaan, baik di dunia
maupun di akhirat. Namun, Allah Ta’ala adalah Maha Pengasih.
Dia sering kali mengamati hamba-Nya dengan berbagai macam obat berupa
musibah-musibah, supaya itu semua menjadi benteng baginya terhadap
penyakit-penyakit tersebut.
Selain itu, mengapa orang yang bersikap sewenang-wenang dalam hidup
ini, padahal kesewenangannya itu pasti musnah, tanpa diragukan takkan
bisa dipertahannkan. Bahkan, terkadang dia bisa mengalami sebaliknya,
yakni dipecundangi dengan sewenang-wenang. Karena bagaimana pun
langgengnya suatu keadaan adalah mustahil, sementara kendali perubahan
ada di tangan Penciptanya Azza wa Jalla, Sebagaimana Dia berfirman dalam Al Quran Surat Yasin Ayat 82:
6. Agar Manusia Menyadari Hakikat (Kenyataan Yang Sebenarnya) Dirinya.“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya,’Jadilah’, maka terjadilah ia.”
Sesungguhnya penderitaan dan hal-hal yang tidak diinginkan,
khususnya bencana-bencana umum, semua itu bisa menyingkapkan kepada
manusia siapakah diri mereka yang sebenarnya. Dengan adanya
bencana-bencana itu, hal-hal yang terpendam dalam jiwa mereka akan
terlihat, nampak pula dengan nyata tabiat-tabiat hatidan setebal apa
kegelapan dan kejernihannya, sejauh mana keluh-kesah dan kesabarannya,
sejauh mana kepercayaan dan keputus-asaan terhadap rahmat Allah, dan
sejauh mana kepasrahaannya kepada kekuasaan Allah ataukah malah
bersungut-sungut dan menunjukan ketidaksabaran. Pada saat itu, menjadi
jelaslah di barisan mana seseorang berdiri, dan menjadi nyata siapa
yang mukmin dan siapa yang munafik. Masing-masing akan terlihat dengan
jelas siapa mereka sebenarnya.
Bahkan, barangkali ada orang yang bingung menilai dirinya sendiri.
Dia tidak mengetahui dengan pasti hakikat dirinya yang sebenarnya,
kecuali setelah melewati berbagai pengalaman dan diuji dengan berbagai
peristiwa besar yang dahsyat. Jadi, krisis-krisis dan
peristiwa-peristiwa dahsyat itu sebenarnya mempertegas dan membersihkan
pribadi seseorang sehingga jelas siapa dia yang sebenarnya,
sebagaimana dibersihkannya bijih emas dengan api, sehingga hilang
kepalsuannya dan menjadi nyata aslinya yang cemerlang.
7. Merupakan Kesempatan Untuk Introspeksi
Diantara manfaat terjadinya musibah pada seorang muslim merupakan kesempatan baginya untuk melakukan penelitian dan muhasabah (introspeksi)
terhadap dirinya, dan merupakan proses yang cepat untuk mengetahui di
mana letak-letak kekurangannya. Karena, apa pun yang dialami manusia,
tidak lain adalah perbuatan dirinya sendiri, sebagimana difirmankan oleh
Allah Ta’ala,
“Dan, musibah apa yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahan kamu).”
Adalah suatu kebijakan dan keberanian, apabila seorang muslim
berupaya mengalahkan hawa nafsunya dan mengendalikannya dengan kendali
takwa, ketika dia mengetahui kekurangan yang dilakukannya, lalu ia
melepaskan diri dari tindakan-tindakan aniaya dan berlebih-lebihan
terhadap diri sendiri.
8. Penyebab Orang Mau Tunduk Kepada Allah
Pada saat terjadi peristiwa menyedihkan, pastilah -bagi orang yang
mendapat taufik Allah- benar-benar kembali kepada Allah. Dia serahkan
dirinya ke hadapan Tuhannya, lalu ia meminta dan memohon kepada-Nya
dengan hati yang hancur. Itu semua dikarenakan apabila semua jalan
telah buntu dan segala cara telah dilakukan, tetapi tidak berhasil,
barulah orang sangat yakin bahwasanya tidak ada tempat untuk melarikan
diri dari Allah, kecuali hanya kepada-Nya. Oleh karena itu, dia pun
menyerah kepada Tuhannya, tunduk, dan menyatakan kebangkrutannya, serta
melepaskan dirinya dan siapa saja selain dari Tuhannya semata.
Imam Ibnul Qayim Rahimahullah berkata, “Pintu terdekat
yang bisa dimasuki seorang hamba untuk menghadap Allah adalah
kebangkrutan. Hal ini dikarenakan pada saat itu, dia melihat dirinya
tidak memiliki pangkat, kedudukan, maupun jalan yang bisa diandalkan,
apalagi sarana yang bisa dia banggakan. Akan tetapi, dia masuk untuk
menemui Allah Ta’ala lewat pintu kekafiran dan kebangkrutan, seperti
masuknya orang yang hatinya telah hancur luluh akibat kekafiran dan
kemiskinan, hingga sampailah kehancuran itu ke lubuk hatinya dan dia pun
tak mengetahui harus berbuat apa. Kehancuran benar-benar meliputinya
dan segenap penjuru, maka dia pun mengakui sepenuhnya harus kembali
kepada Tuhannya, dan menyadari bahwa dirinya benar-benar miskin dan
berharap belas kasihan kepada-Nya.” (Al-Wabil Ash-Shaiyib, hlm.8)
9. Memberi Pengalaman Yang Berharga
Di antara buah yang bisa dipetik dari musibah dan cobaan ialah
diperolehnya pengalaman yang berharga oleh orang yang mengalami musibah,
sebagai akibat dari berbagai perubahan keadaan yang dialaminya. Ini
akan memberi kemampuan untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi
berbagai bencana besar sepanjang hidupnya, dan kemampuan bersikap yang
baik dalam menghadapi perubahan-perubahan yang tiba-tiba, serta
kemampuan beradaptasi dengan berbagai situasi sulit yang dialaminya,
Itu semua adalah hasil dari sikap berhati-hati, sebagimana diabdakan oleh Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, “Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah dilakukan pada
sesuatu melainkan membuatnya indah, dan tidaklah ia dihilangkan dari
sesuatu melainkan membuatnya buruk.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya nomor 2594)
Semoga Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar